Rereziq Karim Pemuda Daerah Asal Babel Yang Memiliki Segudang Prestasi Dalam Dunia Seni

Siletnews.com- Kota Pangkalpinang, Rezika Mariandy Karim yang lebih akrab disapa Rereziq Karim yang lahir di Pangkal Pinang, 22 Maret 1996 merupakan Putra asli Bangka yang menyukai bahkan mencintai dunia seni.

Pemuda lulusan jurusan Tari di Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini tidak hanya berfokus pada tari, namun juga pada bidang fashion design. Kecintaan nya kepada dunia seni sudah telihat sejak ia masih kecil dan Rereziq menyukai segala yang berbau fashion karena Isrowati Ibundanya yang kerap melakukan mix and macth pada pakaian keseharian atau berpergian Rereziq dan menjadi kebiasaan sampai sekarang.

Di tahun 2020, atas ketekunan yang ia jalani di bidang seni, ia telah membuat brand sendiri dengan nama Maharoepa Art Project. Dan tidak sampai disitu Rereziq memulai terjun ke dalam dunia fashion.

Koleksi busana yang dihadirkan Rere merupakan busana casual dan formal dengan sentuhan etnik berbagai daerah di Indonesia.
Kecintaan dan kesungguhannya dalam menampilkan busana terbaik telah ditunjukan nya dalam berbagai ajang fashion show diantaranya JRM 2020, JFP 2020, Explore Tajmahal Surabaya 2020, SFW 2021, Aira 2021, JFW 2021, BFP 2021, Rendezvous JCM 2022, JFW 2022, Jagadhita 2022, Jogja Model Search 2022, Wastra Katresnan vol.3 2023 dan Glorius Celebration 2023 dan ajang lainnya.

Bagi Rere, busana yang ia hadirkan melalui Maharoepa by Rereziq Karim merupakan bentuk doa dan refleksinya dengan harapan penggunanya dapat mengungkapkan segala doanya lewat bentuk busana tersebut. Busananya juga sudah banyak dikenakan oleh berbagai kalangan dan beberapa busananya sering dikenakan oleh Aktor, Aktris, Penyanyi, pegent nasional/ international.
Salah satu Aktris terkenal yang pernah mengenakan karya milik nya ialah Deny Sumargo.

Karna banyak berkiprah di luar daerah, baru-baru ini Rereziq ikut berpartisipasi dalam ajang Kesenian Budaya di tanah kelahiran nya Bangka Belitung dalam acara yang diselenggarakan oleh Palak Batu Creative Community yang merupakan gabungan  prototype community dibidang industri kreatif yang bertempat di Pantai Tongachi, DeLocomotief, Sungailiat Bangka.

Dalam ajang tersebut, Rere menampilkan sebanyak 30 busana koleksi miliknya yang diberi nama ROEPA.
Serta warna dan motif nya terinspirasi dari berbagai wastra Indonesia, khususnya corak Bangka dan Bali.

Menampilkan bentuk busana kasual dengan sentuhan etnik menjadi ciri khas Rereziq pemuda  asal Babel ini dalam setiap shownya, seperti pada beberapa koleksi sebelumnya, yaitu Cual Naga Bertarung (2020), Nyawa (2020), Songket Tajmahal (2020), Jembatan Merah (2021), Pamungkah (2021), Segak (2022), Nyawa Sangseta (2022), Abhieseka (2022), Swakarya Abimanyu 2023, Karasadha Djiwa 2023, Satya Bhavana 2023 dan Pamungkah Abipraya 2023.

Roepa juga diartikan sebagai simbol persaudaraan, kesetaraan, keagungan, dan kemakmuran. Harapannya tentu agar setiap busana yang ditampilkan dapat memberikan rasa nyaman, aman, dan bahagia.
Roepa juga menjadi perwujudan doa akan keindahan wastra Indonesia yang beragam.

Ia mengatakan Roepa kali ini spesial dikarnakan menjadi kali pertama nya ia tampilkan di tanah kelahirannya, Bangka Belitung.
Rereziq ingin menyampaikan bahwa menjadi inspirasinya kali ini adalah bukti indahnya persaudaraan dan kesetaraan yang ditampilkan lewat busana yang indah penuh keagungan.

Rere berharap kedepannya Pemerintah daerah yang ada di Provinsi Bangka Belitung dapat memberikan wadah untuk para pelaku Seni untuk berkarya seperti halnya di provinsi-provinsi lainnya.
Ia juga berharap Seniman yang ada di Provinsi Bangka Belitung harus saling support satu sama lain.

“Semoga kedepan anak anak di Bangka diberi wadah untuk berkarya dari pemerintah setempat seperti di buatnya Taman budaya , seperti di provinsi atau kota lain nya untuk menampilkan atau membuat pagelaran seni apapun di Bangka Belitung dan ditambah lagi rasa percaya diri nya untuk berkarya bismillah. Semua punya jalan dan proses nya, hargai proses,ingatlah proses dan selalu berproses.
Semoga dunia berkesenian di Babel ini khusus nya para seniman harus saling support satu sama lain agar menjadi saling bukan silang.”tutup Rereziq.

Red(YSV).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *